Senin, 01 Januari 2018

Review game until dawn

Until Dawn | Screenshot (1)

The Butterfly Effect – Hal yang Paling Menarik Sepanjang Game

Ide dasar dari butterfly effect adalah sebuah peristiwa yang benar-benar kecil dapat berimbas kepada sebuah peristiwa yang sangat besar. Contohnya sebuah kepakan kupu-kupu yang mengakibatkan gagalnya sebuah gedung meledak.
Di Until Dawn, pilihan yang kamu ambil sangatlah penting, mulai dari apakah kamu akan mengambil smartphone yang sedang berdering, membunuh tupai di hutan, sampai dengan apakah kamu berhasil menemukan secarik kertas atau tidak akan mempunyai imbas yang besar di cerita nantinya.


“Selain seram, Until Dawn juga menghembuskan penekanan kepada psikologi dan emosi pemain.”

Untungnya, tidak semua pilihan mempunyai imbas penting, ada juga imbas yang tidak penting, ataupun jika imbasnya sangat penting kamu tetap mempunyai pilihan untuk mengatasinya. Sang developer berhasil menunjukkan konsep dari butterfly effect dalam game ini tanpa membuatnya berlebihan.
Kamu tetap dapat menikmati ceritanya tanpa terus menerus memutar otak atau khawatir terlalu banyak. Apakah pilihan ini akan mempengaruhi ending? Keputusan ini akan berimbas ke mana? Siapa yang akan mati jika saya pilih A dan bukan B?
Namun sesuai namanya ada kasus di mana pilihan kamu benar-benar mengubah endingpermainan. Terkadang telat menekan tombol segitiga bisa membunuh seseorang. Sejujurnya saya tidak tahu apakah game ini harus sejauh itu membawa butterfly ini tapi hal ini lah yang membuat Until Dawn unik.
Until Dawn | Screenshot (2)
Until Dawn | Side Screenshot (3)

Tiga Ending Besar Untuk Kamu Dapatkan

Inti dari Until Dawn adalah untuk selamat sampai subuh tiba. Saya tidak akan menceritakan selamat dari apa karena itu akan merusak cerita (tapi percayalah Until Dawn benar-benar menyediakan ending yang tidak terduga).
Seiring kamu memainkan delapan karakter, kamu akan mendapatkan banyak sekali pilihan, dan dari situ takdir delapan karakter ini akan ditentukan. Kamu bisa saja menamatkan game ini dengan delapan karakter tetap hidup, mati semua, atau sebagian.
Ini juga yang menjadi nilai jual dari Until Dawn, di permainan pertama kamu bebas untuk memilih sesuai hati nurani. Namun setelah menamatkan maka kamu akan tergoda untuk mengulangi bagian di mana sebuah karakter mati dan mencoba untuk menolongnya. Di sinilah Until Dawn ini mulai sedikit tricky dan menunjukkan keindahannya.
Until Dawn | Screenshot (3)
Beberapa karakter di game ini dengan mudah diselamatkan dengan satu pilihan di kejadian tertentu, namun kebanyakan dari mereka selamat karena pilihan yang benar di berbagai kejadian. Terkadang satu pilihan di tengah game dan satu pilihan di akhir game. Jadi, kamu tidak dapat menunjuk dengan jelas di titik apa sebuah karakter dapat diselamatkan.
Tapi sejujurnya Until Dawn adalah game yang menyeramkan dan mencekam. Setelah menamatkannya saya sedikit bersyukur dan rasanya akan butuh beberapa waktu lagi sampai saya akan mencobanya lagi. Memang semakin sering dimainkan semakin tidak seram, namun Until Dawn bukan saja menjual keseraman, namun juga ada sedikit elemen psikologis yang entah kenapa membuat saya tidak nyaman lama-lama memainkannya. Jika itu yang ingin disampaikan oleh sang developer maka saya harus katakan mereka berhasil.
Until Dawn | Side Screenshot (4)
Until Dawn | Screenshot (4)

Cerita Klasik yang Membosankan namun Dilakukan dengan Benar

Harus diakui cerita sekumpulan remaja yang menginap di rumah seram dengan  seorang maniak berkeliaran bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan genre ini terlalu sering diangkat oleh industri film kelas B dan ini membuatnya menjadi sesuatu yang murahan.
Jika Until Dawn adalah sebuah film (bahkan dengan Hayden dan handuknya) saya belum tentu akan menontonnya. Namun ini adalah sebuah game dan sepanjang sepengetahuan saya tidak banyak game yang mengangkat genre pasaran ini.
Tentu saja sang developer mengetahui bahwa menggunakan genre yang sudah terbilang murahan mempunyai tantangannya sendiri. Itu mengapa mereka memastikan bahwa Until Dawnmempunyai nilai lebih.
Until Dawn | Screenshot (5)
Until Dawn tidak terburu-buru dalam menunjukkan sifat dan karakteristik masing-masing karakter di sini. Ada gadis binal, ada pria humoris yang garing, dan juga ada sang tuan otot yang tidak takut apapun serta lumayan playboy.Karakter klasik dan pasaran ini akan terlihat membosankan di layar kaca, namun ketika kamu memerankan dan ‘menjadi’ mereka maka kamu akan merasakan sesuatu yang berbeda.
Cerita Until Dawn mulai berkembang di pertengahan game menuju akhir. Ada banyak elemen baru yang tidak pernah muncul sebelumnya dan walaupun mengejutkan, saya merasa elemen baru yang dimunculkan terlalu banyak. Saya merasa seperti sedang menonton film komedi dengan plot twist, namun plot twistyang mempunyai latar genre film fiksi ilmiah.
Panjang gameplay yang berkisar delapan sampai dengan dua belas jam (tergantung seberapa cepat kamu membunuh karakter dengan pilihan kamu :p) juga terasa sangat pas. Kamu bisa memulai memainkan game ini jam 10 malam dan menamatkan di jam 5 pagi, sesuai dengan tema dan judulnya, “sampai subuh”.
Until Dawn | Screenshot (6)

Menaiki Roller CoasterEmosi

Karena ini adalah sebuah gamehoror maka saya rasa sedikit pembahasan mengenai tingkat seramnya adalah sesuatu yang pantas. Apa yang membuat Until Dawn seram adalah kamu tidak benar-benar tahu apa yang sedang kamu lawan dan itu tidak muncul sampai benar-benar akhir.
Sang developer merancang game ini untuk membawa kamu ke dalam roller coaster emosi. Setelah ditakutkan dengan jump scareataupun memang adegan yang menyeramkan, kamu akan diberikan waktu untuk menenangkan diri sebelum dikejutkan dengan adegan selanjutnya.
Karena inti dari game ini baru terlihat di tengah sampai akhir, maka untuk membuat kamu tetap ketakutan di awal sang developer menggunakan banyak jump scare yang menurut saya terlalu banyak. Dan bahkan jump scare ini bukanlah sesuatu yang menakutkan, hanya membuat kaget.
Until Dawn | Side Screenshot (5)
Until Dawn | Screenshot (7)
Until Dawn | Side Screenshot (6)
Contohnya ketika hening, tiba-tiba ada suara gebrakan meja yang terasa dibuat-buat dan sebenarnya tidak ada alasan bagi karakter tersebut untuk melakukannya. Saya cukup membenci jump scare di awal game ini namun hal ini berkembang semakin baik semakin dimainkan.
Selain seram, Until Dawn juga menghembuskan penekanan kepada psikologi dan emosi pemain. Contohnya ada saatnya kamu akan dihadapkan kepada pilihan untuk memotong tangan kamu sendiri. Ini akan memberikan beban mental.
Bagaimana jika saya potong tangan saya sendiri dan ternyata karakter yang mengejar saya hanyalah seekor binatang. Bagaimana jika saya tidak potong dan ternyata itu adalah sang maniak yang siap membunuh saya. Pengambilan keputusan ini akan benar-benar membuat kamu meringis dalam hati.


Kesimpulan

Saya menikmati waktu saya bermain Until Dawn. Saya juga penasaran dengan ending yang cukup banyak dan berbagai unlockable, namun ini bukanlah game yang akan senang hati saya mainkan ulang. Saya akan banyak menonton film yang ceria, humor, sebelum saya kembali mencoba mendapatkan ending sempurna Until Dawn. Recommended untuk kamu yang suka game horor.
PlayStation Store Asia: Until Dawn, Rp521.000
                                                               selesai

Until Dawn | Screenshot (1) The Butterfly Effect – Hal yang Paling Menarik Sepanjang Game Ide dasar dari butterfly effect adalah sebuah peristiwa yang benar-benar kecil dapat berimbas kepada sebuah peristiwa yang sangat besar. Contohnya sebuah kepakan kupu-kupu yang mengakibatkan gagalnya sebuah gedung meledak. Di Until Dawn, pilihan yang kamu ambil sangatlah penting, mulai dari apakah kamu akan mengambil smartphone yang sedang berdering, membunuh tupai di hutan, sampai dengan apakah kamu berhasil menemukan secarik kertas atau tidak akan mempunyai imbas yang besar di cerita nantinya. “Selain seram, Until Dawn juga menghembuskan penekanan kepada psikologi dan emosi pemain.” Untungnya, tidak semua pilihan mempunyai imbas penting, ada juga imbas yang tidak penting, ataupun jika imbasnya sangat penting kamu tetap mempunyai pilihan untuk mengatasinya. Sang developer berhasil menunjukkan konsep dari butterfly effect dalam game ini tanpa membuatnya berlebihan. Kamu tetap dapat menikmati ceritanya tanpa terus menerus memutar otak atau khawatir terlalu banyak. Apakah pilihan ini akan mempengaruhi ending? Keputusan ini akan berimbas ke mana? Siapa yang akan mati jika saya pilih A dan bukan B? Namun sesuai namanya ada kasus di mana pilihan kamu benar-benar mengubah ending permainan. Terkadang telat menekan tombol segitiga bisa membunuh seseorang. Sejujurnya saya tidak tahu apakah game ini harus sejauh itu membawa butterfly ini tapi hal ini lah yang membuat Until Dawn unik. Until Dawn | Screenshot (2) Until Dawn | Side Screenshot (3) Tiga Ending Besar Untuk Kamu Dapatkan Inti dari Until Dawn adalah untuk selamat sampai subuh tiba. Saya tidak akan menceritakan selamat dari apa karena itu akan merusak cerita (tapi percayalah Until Dawn benar-benar menyediakan ending yang tidak terduga). Seiring kamu memainkan delapan karakter, kamu akan mendapatkan banyak sekali pilihan, dan dari situ takdir delapan karakter ini akan ditentukan. Kamu bisa saja menamatkan game ini dengan delapan karakter tetap hidup, mati semua, atau sebagian. Ini juga yang menjadi nilai jual dari Until Dawn, di permainan pertama kamu bebas untuk memilih sesuai hati nurani. Namun setelah menamatkan maka kamu akan tergoda untuk mengulangi bagian di mana sebuah karakter mati dan mencoba untuk menolongnya. Di sinilah Until Dawn ini mulai sedikit tricky dan menunjukkan keindahannya. Until Dawn | Screenshot (3) Beberapa karakter di game ini dengan mudah diselamatkan dengan satu pilihan di kejadian tertentu, namun kebanyakan dari mereka selamat karena pilihan yang benar di berbagai kejadian. Terkadang satu pilihan di tengah game dan satu pilihan di akhir game. Jadi, kamu tidak dapat menunjuk dengan jelas di titik apa sebuah karakter dapat diselamatkan. Tapi sejujurnya Until Dawn adalah game yang menyeramkan dan mencekam. Setelah menamatkannya saya sedikit bersyukur dan rasanya akan butuh beberapa waktu lagi sampai saya akan mencobanya lagi. Memang semakin sering dimainkan semakin tidak seram, namun Until Dawn bukan saja menjual keseraman, namun juga ada sedikit elemen psikologis yang entah kenapa membuat saya tidak nyaman lama-lama memainkannya. Jika itu yang ingin disampaikan oleh sang developer maka saya harus katakan mereka berhasil. Until Dawn | Side Screenshot (4) Until Dawn | Screenshot (4) Cerita Klasik yang Membosankan namun Dilakukan dengan Benar Harus diakui cerita sekumpulan remaja yang menginap di rumah seram dengan seorang maniak berkeliaran bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan genre ini terlalu sering diangkat oleh industri film kelas B dan ini membuatnya menjadi sesuatu yang murahan. Jika Until Dawn adalah sebuah film (bahkan dengan Hayden dan handuknya) saya belum tentu akan menontonnya. Namun ini adalah sebuah game dan sepanjang sepengetahuan saya tidak banyak game yang mengangkat genre pasaran ini. Tentu saja sang developer mengetahui bahwa menggunakan genre yang sudah terbilang murahan mempunyai tantangannya sendiri. Itu mengapa mereka memastikan bahwa Until Dawn mempunyai nilai lebih. Until Dawn | Screenshot (5) Until Dawn tidak terburu-buru dalam menunjukkan sifat dan karakteristik masing-masing karakter di sini. Ada gadis binal, ada pria humoris yang garing, dan juga ada sang tuan otot yang tidak takut apapun serta lumayan playboy. Karakter klasik dan pasaran ini akan terlihat membosankan di layar kaca, namun ketika kamu memerankan dan ‘menjadi’ mereka maka kamu akan merasakan sesuatu yang berbeda. Cerita Until Dawn mulai berkembang di pertengahan game menuju akhir. Ada banyak elemen baru yang tidak pernah muncul sebelumnya dan walaupun mengejutkan, saya merasa elemen baru yang dimunculkan terlalu banyak. Saya merasa seperti sedang menonton film komedi dengan plot twist, namun plot twist yang mempunyai latar genre film fiksi ilmiah. Panjang gameplay yang berkisar delapan sampai dengan dua belas jam (tergantung seberapa cepat kamu membunuh karakter dengan pilihan kamu :p) juga terasa sangat pas. Kamu bisa memulai memainkan game ini jam 10 malam dan menamatkan di jam 5 pagi, sesuai dengan tema dan judulnya, “sampai subuh”. Until Dawn | Screenshot (6) Menaiki Roller Coaster Emosi Karena ini adalah sebuah game horor maka saya rasa sedikit pembahasan mengenai tingkat seramnya adalah sesuatu yang pantas. Apa yang membuat Until Dawn seram adalah kamu tidak benar-benar tahu apa yang sedang kamu lawan dan itu tidak muncul sampai benar-benar akhir. Sang developer merancang game ini untuk membawa kamu ke dalam roller coaster emosi. Setelah ditakutkan dengan jump scare ataupun memang adegan yang menyeramkan, kamu akan diberikan waktu untuk menenangkan diri sebelum dikejutkan dengan adegan selanjutnya. Karena inti dari game ini baru terlihat di tengah sampai akhir, maka untuk membuat kamu tetap ketakutan di awal sang developer menggunakan banyak jump scare yang menurut saya terlalu banyak. Dan bahkan jump scare ini bukanlah sesuatu yang menakutkan, hanya membuat kaget. Until Dawn | Side Screenshot (5) Until Dawn | Screenshot (7) Until Dawn | Side Screenshot (6) Contohnya ketika hening, tiba-tiba ada suara gebrakan meja yang terasa dibuat-buat dan sebenarnya tidak ada alasan bagi karakter tersebut untuk melakukannya. Saya cukup membenci jump scare di awal game ini namun hal ini berkembang semakin baik semakin dimainkan. Selain seram, Until Dawn juga menghembuskan penekanan kepada psikologi dan emosi pemain. Contohnya ada saatnya kamu akan dihadapkan kepada pilihan untuk memotong tangan kamu sendiri. Ini akan memberikan beban mental. Bagaimana jika saya potong tangan saya sendiri dan ternyata karakter yang mengejar saya hanyalah seekor binatang. Bagaimana jika saya tidak potong dan ternyata itu adalah sang maniak yang siap membunuh saya. Pengambilan keputusan ini akan benar-benar membuat kamu meringis dalam hati. Kesimpulan Saya menikmati waktu saya bermain Until Dawn. Saya juga penasaran dengan ending yang cukup banyak dan berbagai unlockable, namun ini bukanlah game yang akan senang hati saya mainkan ulang. Saya akan banyak menonton film yang ceria, humor, sebelum saya kembali mencoba mendapatkan ending sempurna Until Dawn. Recommended untuk kamu yang suka game horor. PlayStation Store Asia: Until Dawn, Rp521.000
Until Dawn | Screenshot (1) The Butterfly Effect – Hal yang Paling Menarik Sepanjang Game Ide dasar dari butterfly effect adalah sebuah peristiwa yang benar-benar kecil dapat berimbas kepada sebuah peristiwa yang sangat besar. Contohnya sebuah kepakan kupu-kupu yang mengakibatkan gagalnya sebuah gedung meledak. Di Until Dawn, pilihan yang kamu ambil sangatlah penting, mulai dari apakah kamu akan mengambil smartphone yang sedang berdering, membunuh tupai di hutan, sampai dengan apakah kamu berhasil menemukan secarik kertas atau tidak akan mempunyai imbas yang besar di cerita nantinya. “Selain seram, Until Dawn juga menghembuskan penekanan kepada psikologi dan emosi pemain.” Untungnya, tidak semua pilihan mempunyai imbas penting, ada juga imbas yang tidak penting, ataupun jika imbasnya sangat penting kamu tetap mempunyai pilihan untuk mengatasinya. Sang developer berhasil menunjukkan konsep dari butterfly effect dalam game ini tanpa membuatnya berlebihan. Kamu tetap dapat menikmati ceritanya tanpa terus menerus memutar otak atau khawatir terlalu banyak. Apakah pilihan ini akan mempengaruhi ending? Keputusan ini akan berimbas ke mana? Siapa yang akan mati jika saya pilih A dan bukan B? Namun sesuai namanya ada kasus di mana pilihan kamu benar-benar mengubah ending permainan. Terkadang telat menekan tombol segitiga bisa membunuh seseorang. Sejujurnya saya tidak tahu apakah game ini harus sejauh itu membawa butterfly ini tapi hal ini lah yang membuat Until Dawn unik. Until Dawn | Screenshot (2) Until Dawn | Side Screenshot (3) Tiga Ending Besar Untuk Kamu Dapatkan Inti dari Until Dawn adalah untuk selamat sampai subuh tiba. Saya tidak akan menceritakan selamat dari apa karena itu akan merusak cerita (tapi percayalah Until Dawn benar-benar menyediakan ending yang tidak terduga). Seiring kamu memainkan delapan karakter, kamu akan mendapatkan banyak sekali pilihan, dan dari situ takdir delapan karakter ini akan ditentukan. Kamu bisa saja menamatkan game ini dengan delapan karakter tetap hidup, mati semua, atau sebagian. Ini juga yang menjadi nilai jual dari Until Dawn, di permainan pertama kamu bebas untuk memilih sesuai hati nurani. Namun setelah menamatkan maka kamu akan tergoda untuk mengulangi bagian di mana sebuah karakter mati dan mencoba untuk menolongnya. Di sinilah Until Dawn ini mulai sedikit tricky dan menunjukkan keindahannya. Until Dawn | Screenshot (3) Beberapa karakter di game ini dengan mudah diselamatkan dengan satu pilihan di kejadian tertentu, namun kebanyakan dari mereka selamat karena pilihan yang benar di berbagai kejadian. Terkadang satu pilihan di tengah game dan satu pilihan di akhir game. Jadi, kamu tidak dapat menunjuk dengan jelas di titik apa sebuah karakter dapat diselamatkan. Tapi sejujurnya Until Dawn adalah game yang menyeramkan dan mencekam. Setelah menamatkannya saya sedikit bersyukur dan rasanya akan butuh beberapa waktu lagi sampai saya akan mencobanya lagi. Memang semakin sering dimainkan semakin tidak seram, namun Until Dawn bukan saja menjual keseraman, namun juga ada sedikit elemen psikologis yang entah kenapa membuat saya tidak nyaman lama-lama memainkannya. Jika itu yang ingin disampaikan oleh sang developer maka saya harus katakan mereka berhasil. Until Dawn | Side Screenshot (4) Until Dawn | Screenshot (4) Cerita Klasik yang Membosankan namun Dilakukan dengan Benar Harus diakui cerita sekumpulan remaja yang menginap di rumah seram dengan seorang maniak berkeliaran bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan genre ini terlalu sering diangkat oleh industri film kelas B dan ini membuatnya menjadi sesuatu yang murahan. Jika Until Dawn adalah sebuah film (bahkan dengan Hayden dan handuknya) saya belum tentu akan menontonnya. Namun ini adalah sebuah game dan sepanjang sepengetahuan saya tidak banyak game yang mengangkat genre pasaran ini. Tentu saja sang developer mengetahui bahwa menggunakan genre yang sudah terbilang murahan mempunyai tantangannya sendiri. Itu mengapa mereka memastikan bahwa Until Dawn mempunyai nilai lebih. Until Dawn | Screenshot (5) Until Dawn tidak terburu-buru dalam menunjukkan sifat dan karakteristik masing-masing karakter di sini. Ada gadis binal, ada pria humoris yang garing, dan juga ada sang tuan otot yang tidak takut apapun serta lumayan playboy. Karakter klasik dan pasaran ini akan terlihat membosankan di layar kaca, namun ketika kamu memerankan dan ‘menjadi’ mereka maka kamu akan merasakan sesuatu yang berbeda. Cerita Until Dawn mulai berkembang di pertengahan game menuju akhir. Ada banyak elemen baru yang tidak pernah muncul sebelumnya dan walaupun mengejutkan, saya merasa elemen baru yang dimunculkan terlalu banyak. Saya merasa seperti sedang menonton film komedi dengan plot twist, namun plot twist yang mempunyai latar genre film fiksi ilmiah. Panjang gameplay yang berkisar delapan sampai dengan dua belas jam (tergantung seberapa cepat kamu membunuh karakter dengan pilihan kamu :p) juga terasa sangat pas. Kamu bisa memulai memainkan game ini jam 10 malam dan menamatkan di jam 5 pagi, sesuai dengan tema dan judulnya, “sampai subuh”. Until Dawn | Screenshot (6) Menaiki Roller Coaster Emosi Karena ini adalah sebuah game horor maka saya rasa sedikit pembahasan mengenai tingkat seramnya adalah sesuatu yang pantas. Apa yang membuat Until Dawn seram adalah kamu tidak benar-benar tahu apa yang sedang kamu lawan dan itu tidak muncul sampai benar-benar akhir. Sang developer merancang game ini untuk membawa kamu ke dalam roller coaster emosi. Setelah ditakutkan dengan jump scare ataupun memang adegan yang menyeramkan, kamu akan diberikan waktu untuk menenangkan diri sebelum dikejutkan dengan adegan selanjutnya. Karena inti dari game ini baru terlihat di tengah sampai akhir, maka untuk membuat kamu tetap ketakutan di awal sang developer menggunakan banyak jump scare yang menurut saya terlalu banyak. Dan bahkan jump scare ini bukanlah sesuatu yang menakutkan, hanya membuat kaget. Until Dawn | Side Screenshot (5) Until Dawn | Screenshot (7) Until Dawn | Side Screenshot (6) Contohnya ketika hening, tiba-tiba ada suara gebrakan meja yang terasa dibuat-buat dan sebenarnya tidak ada alasan bagi karakter tersebut untuk melakukannya. Saya cukup membenci jump scare di awal game ini namun hal ini berkembang semakin baik semakin dimainkan. Selain seram, Until Dawn juga menghembuskan penekanan kepada psikologi dan emosi pemain. Contohnya ada saatnya kamu akan dihadapkan kepada pilihan untuk memotong tangan kamu sendiri. Ini akan memberikan beban mental. Bagaimana jika saya potong tangan saya sendiri dan ternyata karakter yang mengejar saya hanyalah seekor binatang. Bagaimana jika saya tidak potong dan ternyata itu adalah sang maniak yang siap membunuh saya. Pengambilan keputusan ini akan benar-benar membuat kamu meringis dalam hati. Kesimpulan Saya menikmati waktu saya bermain Until Dawn. Saya juga penasaran dengan ending yang cukup banyak dan berbagai unlockable, namun ini bukanlah game yang akan senang hati saya mainkan ulang. Saya akan banyak menonton film yang ceria, humor, sebelum saya kembali mencoba mendapatkan ending sempurna Until Dawn. Recommended untuk kamu yang suka game horor. PlayStation Store Asia: Until Dawn, Rp521.000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar